Kemacetan
merupakan masalah yang sering terjadi di kota-kota besar. Hal ini terjadi
karena kebutuhan masyarakat akan transportasi cukup besar daripada ketersediaan
prasarana transportasi yang tersedia, atau bahkan prasarana transportasi
tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Kota
Bogor yang memiliki luas wilayah 11.850 Ha dan hanya memiliki panjang jalan ±627km
atau 5% dari luas wilayah Kota Bogor. Sedangkan jumlah kendaraan yang melintasi
Kota Bogor semakin bertambah, belum lagi kualitas jalan yang kurang baik yang
dapat memperparah kemacetan di beberapa ruas jalan di Kota Bogor.
Jumlah kendaraan yang melintasi Kota Bogor terbagi menjadi;
angkutan umum mencapai 8.000 mobil penumpang dan 1.000 bus, sementara sepeda
motor 231.000 unit sepeda motor 58.000 unit mobil penumpang pribadi, dan 12.000
truk barang. Jumlah tersebut tentu memberikan dampak kepadatan lalu lintas di
Kota Bogor.
Tak
hanya itu, peranan pemerintah dan keterbatasan prasarana lalu lintas pun
menjadi pemicu kemacetan di Kota Bogor. Hal ini dapat dilihat di jalanan,
seperti pengemudi angkutan umum tidak disiplin menurunkan/menaikkan penumpang
tidak pada tempatnya, pekerja informal/kaki lima yang tidak tertib,
penyalahgunaan wewenang oleh petugas, tidak jelasnya sanksi bagi yang
melanggar, kurangnya perangkat hukum dan aturan yang ada tidak jelas mengatur
sehingga perlu dipertegas.
Berbagai
cara dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor untuk mengatasi permasalahan kemacetan
ini. Dari mulai memberlakukan sistem shift untuk angkutan kota hingga membangun
angkutan umum massal Trans Pakuan. Namun seiring waktu berjalan, kebijakan
Pemerintah Kota ini dinilai tidak efektif. Sistem shift yang diberlakukan
Pemerintah Kota tidak diimbangi dengan adanya aparatur pemerintahan yang
mengawal kebijakan tersebut dilapangan sehingga berdampak banyak angkutan kota
tetap beroperasi pada saat bukan waktunya angkutan kota tersebut beroperasi.
Trans Pakuan
Trans
Pakuan adalah Bus Rapid Transit di Kota Bogor yang dikelola Perusahaan Daerah
Jasa Transportasi (PDJT) dan diresmikan pada 3 Juni 2007. Trans Pakuan memiliki
30 armada bus ¾ yang beroperasi untuk 3 koridor, diantaranya; Terminal Bubulak
- Cidangiang, Cidangiang - Ciawi Harjasari dan Cidangiang - Mall Bellanova.
Pemerintah
Kota Bogor membuat sistem transportasi massal Trans Pakuan ini dengan harapan akan
mengurangi jumlah angkutan umum dan menjadi solusi kemacetan di Kota Bogor.
Dalam
perkembangannya, 8 tahun pengoperasian BRT-Trans Pakuan belum berjalan optimal.
Keterbatasan armada yang berbanding terbalik dengan jumlah angkot di wilayah
Kota Bogor menjadikan Trans Pakuan sepi penumpang. Banyaknya angkutan umum yang
beroperasi membuat keberadaan Trans Pakuan tidak dapat memecahkan masalah
kemacetan di Kota Bogor.
Belum
lagi, jalur Trans Pakuan yang masih bersinggungan dengan trayek angkutan kota
menjadi Trans Pakuan menjadi pilihan kedua bagi Masyarakat Kota Bogor.
Melihat
dari segi keefisienan waktu, keterbatasan armada Trans Pakuan membuat calon
penumpang harus rela menunggu dan hal itu justru menyebabkan kerugian waktu
bagi para calon penumpangnya. Ditambah lagi Trans Pakuan tidak memiliki jalur
khusus seperti Busway di Jakarta yang membuat Trans Pakuan pun terjebak
kemacetan sama seperti angkutan umum lainnya. Ekspektasi masyarakat Kota Bogor
terhadap Trans Pakuan tidak terpenuhi, sehingga mereka lebih memilih
menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum daripada menggunakan Trans
Pakuan.
Dari
segi kemanfaatan, kehadiran Trans Pakuan pun dianggap belum sepenuhnya
dirasakan seluruh masyarakat Kota Bogor. Hal itu dikarenakan rute atau koridor
Trans Pakuan yang masih terbatas.
Kurangnya
sosialisasi Pemerintah Kota Bogor, terutama PDJT selaku pengelola Trans Pakuan kepada
masyarakat menjadi salah satu faktor ketidaktertarikannya masyarakat Kota Bogor
menggunakan Trans Pakuan sebagai sarana transportasi. Kurangnya sosialisasi ini
berakibat masyarakat Kota Bogor kurang peduli terhadap keberadaan Trans Pakuan.
Selain
itu kondisi shelter bus Trans Pakuan yang sangat memprihatinkan, tidak terawat,
tidak terpakai, temboknya banyak coretan dan terkadang dijadikan tempat tinggal
bagi para gelandangan. Hal tersebut memberikan dampak ketidaknyaman bagi para
calon penumpang.
Mudah-mudahan
kedepannya, Pemerintah Kota Bogor dapat menata kembali jalur atau trayek, baik
angkutan kota maupun Trans Pakuan agar tidak bersinggungan satu sama lain.
Menambah armada Trans Pakuan untuk mengurangi waktu tunggu calon penumpang. Pemerintah
Kota harus lebih sering mensosialisasikan keberadaan Trans Pakuan, serta lebih memperhatikan sarana
penunjangnya untuk memberikan kesan nyaman dan aman bagi penggunanya.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/TransPakuan
http://print.kompas.com/baca/2015/04/13/Berharap-Kota-Bogor-Lepas-dari-Belenggu-Kemacetan
http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/23/infrastruktur#.VkAsN7fhDtQ
http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/96/informasi-laporan-penyelenggaraan-pemerintahan-daerah-kota-bogor-tahun-2011#.VkAws7fhDtQ
Tugas Perencanaan Pembangunan
Nama : Eko Prasetio
NIM : D.1510917
http://print.kompas.com/baca/2015/04/13/Berharap-Kota-Bogor-Lepas-dari-Belenggu-Kemacetan
http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/23/infrastruktur#.VkAsN7fhDtQ
http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/96/informasi-laporan-penyelenggaraan-pemerintahan-daerah-kota-bogor-tahun-2011#.VkAws7fhDtQ
Tugas Perencanaan Pembangunan
Nama : Eko Prasetio
NIM : D.1510917
Posting Komentar